Rabu, 10 September 2014

SARTONO KARTODIRDJO



              


               Sartono kartodirdjo adalah seorang sejarahwan terkenal Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ia lahir di Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal 15 Februari 1921. Gelar doktor diperolehnya setelah berhasil mempertahankan desertasinya yang berjudul “The Peasant Revolt of Banten in 1888: Its Conditions Case Study of Social Movement”, di Universitas Amsterdam Belanda.
                Isi disertasi yang dipertahankan pada tahun 1986 itu mengisahkan pemberontakan petani – petani kecil di Banten. Karya Sartono ini merupakan karya sejarah pertama yang dikategorikan sebagai historiografi modern karena menulis peristiwa sejarah dengan menggunakan pendekatan multidiemnsional.
                Sartono Kartodirdjo sendiri merupakan lulusan pertama jurusan sejarah Universitas Indonesia pada tahun 1956. Pada tahun 1957 ia mulai mengajar di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM. Ia kemudian menjadi guru besar di almamaternya itu sampai pensiun pada tanggal 1 maret 1986.

(dikutip buku Indonesia Dalam Perkembangan Zaman)

JLA BRANDES






Jan Laurens Andries Brandes adalah seorang ahli bahasa Jawa dari Belanda. Pada tahun 1884 dia mendapatkan gelar Doktor dalam studi perbandingan bahasa perluasan dari hukum bunyi Van Der Tuuk. Dia bekerja dalam bidang sastra Jawa, sejarah dan arkeologi yang berkaitan satu sama lain.
Karya – karyanya yang diterbitkan menjadi pedoman untuk penelitian selanjutnya. Pada tahun 1901, dia menjadi Ketua Panitia Penelitian Arkeologi Hindia Belanda. Dia juga merupakan tenaga penggerak dalam Bataviaasch Genootscap van Kunsten en Wetenschappen.

(dikutip buku Indonesia Dalam Perkembangan Zaman)

HERODOTUS (BAPAK SEJARAH)




Peneliti dan pendongeng Yunani HERODOTUS dari Halicarnassus (484 – 425 SM) adalah sejarahwan pertama di dunia, sehingga dijuluki sebagai “bapak ilmu sejarah”. Ketika ia hendak pergi ke Persia untuk mengumpulkan data geografi bagi penelitiannya, terjadi perang Persia – Yunani, dia pun mengumpulkan informasi mengenai perang tersebut dan menyusunnya menjadi sebuah buku yang berjudul THE HISTORIES.
Selain menceritakan perluasan kemaharajaan Achaemenid Persia hingga ke Yunani yang membawa bencana, buku tersebut juga berisi lukisan etnografi yang luar biasa mengenai bangsa – bangsa yang telah di taklukkan Persia, kisah – kisah donggeng, gosip, legenda dan moralitas kemanusiaan.
Meskipun kadang kala Herodotus kurang akurat, namun secara umum ia sangat hati – hati untuk memilah – milah laporannya secara logis dan masuk akal. Karyanya ini membuka cakrawala baru mengenai cara menuliskan masa lampau manusia.
Pada masa sebelumnya, penulisan masa lampau manusia dalam arti sejarah, didominasi oleh pemikiran yang mistis dan primordial. Setiap konflik selalu dianggap sebagai kejadian yang sudah diatur oleh para dewa dan bukan karena ulah manusia. Hasil karya Herodotus kemudian menjadi dasar bagi tradisi historiografi  Yunani dan Romawi pada masa berikutnya, sekaligus menjadi alasan mengapa dia dianggap sebagai bapak sejarah.

(dikutip buku Indonesia Dalam Perkembangan Zaman)